Popular Posts

Kamis, 20 Januari 2011

DRAMA

TEKS DRAMA
SANGKURIANG

Karya : UTUY TATANG SONTANI
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh. Dayang Sumbi keluar dari rumah dengan suluh ditangan.
DAYANG SUMBI : ( sambil bicara sendiri, dan melihat lihat sekitar ) rasa-rasa dalam mimpi bahwa di malam ini sedang diciptakan telaga beserta perahunya, dimana aku akan berlayaran sebagai istri dan anakku sendiri. Rasa-rasa dalam mimpi bahwa tadi aku dipinang anakku dan nanti akan menjadi ibu dari cucuku sendiri. Ah, satu diantara dua : aku atau anakku,itulah yang sebenarnya bermimpi di malam ini. Dan karena kini asal tadi dan bakal nanti,maka siapa yang bermimpi malam ini, itulah yang besok pagi kesiangan, itulah pemimpi sepanjang jaman.
Bujang Muncul
DAYANG SUMBI : ( dengan agak resah )Bagaimana ? Apa yang nampak di mata ?
BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.( sejenak terkagum-kagum )
DAYANG SUMBI : Bagaimana ?
BUJANG : ( mejelaskan dengan sangat detail dan penuh perasaan ) Bumi gemuruh, pohon-pohon tumbang, batu-batu bergulingan membendung air, dilanda air, dan siapa yang mengerjakan tidak kelihatan, tapi yang tidak bisa dipungkiri lagi telaga luas akan segera terbukti.
DAYANG SUMBI : Dan perahu ?
BUJANG : Itupun hampir selesai.
DAYANG SUMBI : ( dengan semangat dan nada yang tinggi ) Kalau begitu, kita tidak boleh lalai. Mang Arda Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta datang.
BUJANG : Baik Nyai, biar sekarang juga bibi bangunkan semua.
Bujang turun
DAYANG SUMBI : Riuh gemuruh dikejauhan, alamat telaga sedang dibangun. Riuh gemuruh di dalam dadaku, karena hati naik turun. Ah, hatiku ! Hati manusia yang tahu tiada upaya, tapi juga hati seorang ibu yang diancam bahaya. Sebagai manusia,Ya Dewata hatiku turun ke bawah telapak kaki-Mu, hidmat menyembah kebesaran-Mu, menyerah, mengalah kepada kehendak-Mu yang benar selalu. Tapi sebagai ibu, ya, anakku ! Hatiku naik ke atas puncak cintamu, keras menolak keinginanmu, bertindak berontak menentang kebenaranmu yang tiada benar bagiku.( dengan perasaan yang bingung )
Bujang muncul diiringi kawan-kawan.
ARDA LEPA : ( bertanya penuh penasaran ) Ada apa, Nyai ? Kami dipanggil di malam sepi ?
DAYANG SUMBI : ( bicara dengan mimik muka yang sangat serius )Mamang, malam ini bukan malam sepi. Malam ini malam yang seram, malam yang berat mengancam Anakku Sang Kuriang, mulai tadi siang menyatakan pendapatnya yang tidak disangka-sangka. Dia tidak mau percaya, bahwa saya ibunya.
ARDA LEPA : Tapi jika semua orang sependapat dengan Sang Kuriang, apa yang hendak kita katakan, kawan ? Kita semua tidak menyaksikan kapan Sang Kuriang dilahirkan, bukan ?
BERSAMA : ( serempak bicara ) Biar buta, biar mati ! Tak pernah kita mengetahui.
DAYANG SUMBI : Memang, kalau semua orang sependapat dengan Sang Kuriang, itu terserah kepada mereka. Tapi bagiku aku adalah ibunya. Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang aku tidak akan menolak dia meminang. Dan mamang sekarang tidak akan diminta datang. Apakah mamang setuju anak mengawini ibu ? ( mukanya mendadak merah )
ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ? Yey, itu tidak lucu ! ( dengan agak jijik mengatakannya )
BERSAMA : ( serempak lagi ) Itu mesti disapu ! Lebih haram dan jinah ! Lebih hewan dari hewan !
ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kuriang, kalau betul Sang Kuriang meminang, Sang Kuriang mesti kami buang ! Kalau tidak, kami semua ikut berjinah, kami menjadi hewan.( berkata sangat serius )
DAYANG SUMBI : Nantidulu. Dengar dulu ! Sebagai ibu yang kasih sayang terhadap anak, pinangan anakku tidak terang-terangan ditolak,( mengatakan dengan penuh perasaan ) aku berjanji mau kawin dengan dia, asal besok tersedia perahu dan telaga. Ternyata sekarang perahu dan telaga sudah hampir siap, berarti Sang Kuriang akan dapat memenuhi permintaan ku.
ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin supaya tidak jadi kawin ? Supaya perahu dan telaga besok tidak bukti ?( sambil agak melihat kearah telaga )
DAYANG SUMBI : Betul. Karena itu aku menginginkan supaya kalian membakar hutan, agar apinya bersinar-sinar; menyerupai sinar fajar, agar anakku Sang Kuriang melihat siang akan mendatang ! Biar maksudnya diurungkan, lantaran merasa kesiangan.( dengan bahagia mengatakannya )
ARDA LEPA : Nyai ingin Sang Kuriang diajak berteman ? Itu lucu ! ( sambil ketawa cekikikan )
BERSAMA : Tapi apa mungkin ? ( mengatakan dengan penuh rasa sayang ) Sang Kuriang lain dan yang lain.
DAYANG SUMBI : Sang Kuriang memang lain dari yang lain, tapi Sang Kuriang manusia dan kepada manusia aku tetap yakin : ada Dewata dalam dirinya, dan selama ada Dewata di dalam diri manusia kewajiban kita bukan menundukan tapi menyalakan api keDewataan yang bersemayam di tubuh lawan. Semoga api pembakar hutan menjadi api keDewataan yang bersinar terang-berderang dalam tubuh Sang Kuriang ! (mulutnya berkata tajam)
ARDA LEPA : Bagaimana kawan. Kita sekarang membakar hutan ?
BERSAMA : Asal terang ada anak memang ibu
ARDA LEPA : Yang sudah terang semua manusia adalah satu orang lain masih kita juga. Karena itu, marilah kita ajak Sang Kuriang bermain bersama kita dengan api di tangan kita. Inilah panggilan kita didalam hidup bersama.(dengan lantang ia mengatakannya)
UNSUR INTRINSIK TEKS DRAMA SANGKURIANG
1. Tema
Mencintai ibu sendiri
2. Tokoh dan Karakter Serta Bukti
a. Dayang Sumbi berkarakter penuh kasih sayang terhadap anak, bukti : … Sebagai ibu yang kasih
yang terhadap anak, pinangan anakku tidak terang-terangan ditolak …
b. Bujang berkarakter baik, bukti : Baik Nyai, biar sekarang juga bibi bangunkan semua.
c. Arda Lepa berkarakter tegas, bukti : … kalau betul Sang Kuriang meminang, Sang Kuriang mesti
kami buang ! …
3. Latar Serta Bukti
a. Waktu
Malam Hari, bukti : Agar apinya bersinar-sinar; menyerupai sinar fajar.
b. Tempat
Di halaman rumah, bukti : Di halaman rumah, sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar …
c.Suasana
Tegang, bukti : Bumi gemuruh, pohon-pohon tumbang, batu-batu bergulingan membendung air, dilanda air, … yang tak bisa dipungkiri lagi akan menjadi telaga luas.

4. Amanat
Kita harus menerima sesuatu dengan ikhlas.
5. Alur
a. Dihalaman rumah, terdengar suara gemuruh.
b. Sangkuriang akan meminang Dayang Sumbi dengan memenuhi satu syarat.
c. Fajar masih lama untuk terbit, sedangkan pekerjaan Sangkuriang hampir selesai.
d. Dayang Sumbi tidak ingin menikah dengan putranya sendiri.
e. Untuk membatalkan pernikahan tersebut, Dayang Sumbi menyuruh Arda Lepa dan teman-
temannya membakar hutan.
f. Sangkuriang batal meminang Dayang Sumbi karena kesiangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar